Kunjungan Cinta Indonesia (KunCI)

Panitia Masa Raya Paskah, HUT GKJ Tanjung Priok dan Penahbisan PPK Pelaut pada hari Rabu, 1 Mei 2019 mengadakan kegiatan dalam rangka Perayaan Paskah. Kegiatan yang diberi tema "Kunjungan Cinta Indonesia" ini merupakan lanjutan dari kegiatan besar Paskah 2019 bertema "Bangkit Bagi Semua" dan bahan sarasehan berjudul "Memeluk Liyan". Kalau sarasehan hanya sampai pada tataran kata-kata, maka perayaan PAskah dengan kegiatan KunCI ini dimaksudkan untuk bertindak nyata.
Kegiatan KunCi diawali dengan ibadah singkat di Gereja yang dipimpin oleh Pdt. Andreas UW. Lalu sekitar pukul 08.45, seluruh peserta yang berjumlah 167 orang dibagi dalam 6 (enam) grup. Masing-masing grup dipandu oleh seorang pemandu wisata dari Wisata Kreatif Jakarta. Mulailah warga jemaat GKJ Tanjung Priok memulai kegiatan KunCi dengan mengunjungi tempat-tempat ibadah lain di sekitar Cilincing.
Tujuan pertama adalah Gereja Katolik Salib Suci - Paroki Cilincing yang terletak di Jalan Raya Tugu, Semper Barat. Rombongan yang terdiri dari kurang lebih 20 kendaraan ini disambut dengan sukacita dan ramah oleh Dewan Paroki. Peserta diberikan beberapa penjelasan tentang sejarah gereja dan lokasi-lokasi yang ada, serta tanya jawab. Setelah dirasa cukup peserta dalam kelompok masing-masing berkeliling melihat-lihat gereja, Goa Maria, juga Salib yang dibuat oleh Ig. Kusni Kasdut (seorang napi terkenal era 70-an). Kegiatan di Gereja Salib Suci diakhiri dengan foto bersama di halaman gereja.
Tujuan kedua adalah Vihara Lalitavistara dan Klenteng yang terlak di Kelurahan Cilincing, 1,5 KM dari GKJ Tanjung Priok. MEski hanya sejengkal jaraknya dari GKJ Tanjung Priok, namun banyak warga gereja yang hanya sekedar lewat saja, belum pernah masuk ke Vihara. Bahkan ada yang sudah lebih dari 40 tahun tinggal di Cilincing namun belum pernah berkunjung ke Vihara dan Kelenteng. PAda era Soeharto, Penganut Budha dan Konghucu dianggap sama sehingga tempat ini dipakai untuk dua kegiatan yaitu umat Budha dan Konghucu. orang Cilincing lebih mengenal tempat ini sebagai Topekong. Selain tempat ibadah, lokasi ini juga sebagai tempat penyimpanan abu jenasah setelah proses kremasi. Dalam Komplek ini juga ada Sekolah Tinggi Agama Budha. Sayang memang, tidak ada perjumpaan dengan pengurus atau Biksu, sehingga perkunjungan disini hanya untuk melihat dan mendengar dari Pemandu Wisata.
Setelah dari Vihara Lalitavistara, kelompok-kelompok jemaat berjalan kaki menuju Masjid Al-Alam Cilincing. Menurus sejarah lisan, Masjid ini adalah peninggalan Sunan Gunung Jati, 400 tahun yang lalu. SAlah satu yang menarik dari Masjid ini adalah tulisan peninggalan Sunan Gunung Jati yang tertulis di dinding Masjid, yaitu "Kuttitipkan Masjid dan Fakir Miskin".
Tujuan terakhir adalah Pura Segara, yang juga dijangkau dengan berjalan kaki menyusuri pinggir kali/muara Cakung Drain. Di Pura kami disambut dengan ramah dan disediakan minuman segar. Bertemu dengan Pandita yang biasanya memimpin upacara-upacara agama Hindu, serta mendapat penjelasan yang cukup membuat warga gereja mengerti lebih jauh tentang agama Hindu. Warga gereja juga diperbolehkan masuk ke Pura setelah dipercik dengan air suci oleh Pandita. Khusus untuk perempuan yang sedang haid dilarang untuk masuk ke Pura.
Akhirnya selesai sudah perjalanan mencintai Indonesia hari ini, warga gereja kemudian kembali ke Gereja. Berkumpul sebentar untuk kuis dan kesan-pesan lalu makan siang. Bersyukur bahwa banyak kesan baik dan membuka wawasan baru dalam kegiatan ini.
Selamat Paskah